ISRAEL – Pembantaian warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim
Bashar Asad membuat penyiar stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara.
Penyiar stasiun TV, Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar
di Negeri Syam itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Seperti dilansir dari Arrahman pada awalnya, Aharish
membawakan acaranya dalam bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya
dalam bahasa Inggris. “Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di
Halab atau Aleppo sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat,
sebuah pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook
milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin
mendengar atau mengalami hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di
abad media sosial. Di dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,”
ujarnya.
Dalam berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban
mengerikan bisa dilihat dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kita malah duduk dan tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam.
Jangan tanya saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini adalah jika 40
orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris, Spanyol, Jerman, dan
Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan hal ini dijalan-jalan. “Dan
siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi terhadap pria dan wanita yang
tidak bersalah di Suriah? Siapa yang melakukan hal ini terhadap anak-anak di
Suriah? Tidak seorangpun,” kata Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata melihat
foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish mengaku
sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan sebagai warga
dunia yang mengaku malu sebagai manusia.
“Bahwa kami memilih pemimpin yang
impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga dilontarkan kepada dunia Islam
dan Arab yang menurutnya telah tersandera oleh tangan para teroris yang
menurutnya tidak melakukan apapun terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan:
Armenia, Bosnia, Rwanda, Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama Aharish melontarkan komentar
kontroversial. Sebelumnya dia pernah mengatakan bahwa para pemimpin Arab
menambah “api” terhadap situasi mengomentari insiden seringnya penikaman
terhadap serdadu Israel pada akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan
membayar hal ini,” kata Aharish mengomentari hal tersebut.(RB/Arh)
Penyiar wanita Israel sebut tragedi di Aleppo sebagai Genosida
Samir Musa Ahad, 19 Rabiul Awwal 1438 H / 18 Desember 2016 12:50
ISRAEL (Arrahmah.com) – Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebu
-
See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Penyiar wanita Israel sebut tragedi di Aleppo sebagai Genosida
Samir Musa Ahad, 19 Rabiul Awwal 1438 H / 18 Desember 2016 12:50
ISRAEL (Arrahmah.com) – Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebu
-
See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Penyiar wanita Israel sebut tragedi di Aleppo sebagai Genosida
Samir Musa Ahad, 19 Rabiul Awwal 1438 H / 18 Desember 2016 12:50
ISRAEL (Arrahmah.com) – Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebu
-
See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Penyiar wanita Israel sebut tragedi di Aleppo sebagai Genosida
Samir Musa Ahad, 19 Rabiul Awwal 1438 H / 18 Desember 2016 12:50
ISRAEL (Arrahmah.com) – Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebu
-
See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Penyiar wanita Israel sebut tragedi di Aleppo sebagai Genosida
Samir Musa Ahad, 19 Rabiul Awwal 1438 H / 18 Desember 2016 12:50
ISRAEL (Arrahmah.com) – Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebu
-
See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebut.
- See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Pembantaian
warga sipil di Aleppo Suriah oleh rezim Bashar Asad membuat penyiar
stasiun televisi Israel Lucy Aharish angkat bicara. Penyiar stasiun TV,
Channel 2 itu mengatakan bahwa peristiwa di kota terbesar di Negeri Syam
itu sebagai pembantaian massal atau genosida dalam acara yang
dibawakannya.
Pada awalnya, Aharish membawakan acaranya dalam
bahasa Ibrani meski kemudian memilih membawakannya dalam bahasa Inggris.
“Mungkin seseorang akan mendengarkannya. Saat ini di Halab atau Aleppo
sedang terjadi genosida. Biar saya katakan lebih akurat, sebuah
pembantaian massal,” kata Aharish dikutip dari halaman Facebook milik Channel 2, Ahad, 18 Desember 2016.
Aharish
mengatakan mungkin banyak orang tidak ingin mendengar atau mengalami
hal yang disebutnya terjadi di abad ke-21 ini. “Di abad media sosial. Di
dalam dunia yang sudah ada dalam genggaman tangan Anda,” ujarnya.
Dalam
berita itu, Aharish menyebut kisah-kisah korban mengerikan bisa dilihat
dan saksikan di dunia saat ini. “Di dunia ini kami malah duduk dan
tidak melakukan apapun ketika anak-anak dibantai saban jam. Jangan tanya
saya siapa yang benar dan salah. Karena orang-orang tidak tahu dan
tidak peduli,” katanya.
Kepedulian orang kata Aharish saat ini
adalah jika 40 orang dibunuh dalam sehari di Prancis atau Inggris,
Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat. Para pemimpin dunia menyuarakan
hal ini dijalan-jalan. “Dan siapa yang unjuk suara soal apa yang terjadi
terhadap pria dan wanita yang tidak bersalah di Suriah? Siapa yang
melakukan hal ini terhadap anak-anak di Suriah? Tidak seorangpun,” kata
Aharish.
Dia menyebut bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
hanya duduk di Dewan Keamanan dengan jas dan hanya meneteskan air mata
melihat foto seorang ayah menggendong jenazah anak perempuannya. Aharish
mengaku sebagai muslim peranakan Arab-Israel. Namun ia juga menegaskan
sebagai warga dunia yang mengaku malu sebagai manusia. “Bahwa kami
memilih pemimpin yang impoten yang hanya jago berkoar di mimbar dan
pengecut dalam beraksi,” katanya.
Kecaman Aharish juga
dilontarkan kepada dunia Islam dan Arab yang menurutnya telah tersandera
oleh tangan para teroris yang menurutnya tidak melakukan apapun
terhadap hal ini. “Apa Anda butuh diingatkan: Armenia, Bosnia, Rwanda,
Perang Dunia Ke-2…ini sangat menyimpang.”
Ini bukan kali pertama
Aharish melontarkan komentar kontroversial. Sebelumnya dia pernah
mengatakan bahwa para pemimpin Arab menambah “api” terhadap situasi
mengomentari insiden seringnya penikaman terhadap serdadu Israel pada
akhir 2015. “Kami (Israel) yang justru akan membayar hal ini,” kata
Aharish mengomentari hal tersebut.
- See more at:
https://www.arrahmah.com/news/2016/12/18/penyiar-wanita-israel-sebut-tragedi-di-aleppo-sebagai-genosida.html#sthash.e1osS21T.dpuf
Tulis Komentar