Kedatangan rombongan Pertamina Pusat itu disambut oleh Manager Pertamina RU II Sungai Pakning Rudi Hatono dan jajaran, Camat Bukit Batu Taufik Hidayat dan jajaran Lurah Sungai Abditiansyah serta puluhan masyarakat binaan Pertamin RU II Sungai Pakning.
VP CSR dan SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita, dalam kesempatan itu mengatakan bahwa program yang dilaksanakan Pertamina Kilang Unit Produksi Sei Pakning bersama masyarakat mewujudkan Arboretum Gambut sebagai implementasi dari salah satu Sustainable Development Goals (SDGs) ke-15 yakni menjaga ekosistem darat.
“Praktek ini juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam melindungi keanekaragaman hayati, dan sejalan dengan praktek ESG (Environment, Sosial and Governance) yang menjadi komitmen perusahaan," Jelas Arya.
Di masa pandemi, Arboretum Gambut sebagai sarana pendidikan dan penelitian keragaman hayati, terus beradaptasi agar keberadaan Arboretum Gambut Marsawa bisa dimanfaatkan untuk kepentingan edukasi dan penelitian.
“Awal pandemi tahun 2020, Arboretum Gambut sempat ditutup. Kemudian setelah berdiskusii bersama masyarakat dibuka kembali, dengan membatasi kunjungan dan menerapkan protokol COVID-19. Kami juga menambahkan fasilitas Marsawa Cafe. Area terbuka sebagai tempat berdiskusi yang dilengkapi dengan kantin dan sarana promosi produk masyarakat,” katanya.
Belum lama ini, Arboretum Gambut Marsawa juga menjadi pusat kegiatan Research Grant yang diikuti oleh mahasiswa/i dari kampus-kampus di provinsi Riau. Selain menjadi lokasi penelitian, Arboretum Gambut juga menjadi sentra pembuatan pupuk kompos yang digunakan oleh para petani Nanas lahan gambut.
Tingkatkan ekonomi masyarakat
Camat Bukit Batu Taufik Hidayat mengungkapkan Arboretum Gambut Marsawa selain bertujuan menjaga kelestarian ekosistem hutan yang ada juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di wilayah tersebut.
Salah satunya menjual hasil produk dari perkebunan nenas yang telah berhasil dikembangkan berkat bantuan dari Pertamina RU II Sungai Pakning yang awalnya hanya setengah hektare sekarang sudah berkembang menjadi 24 hektare.
"Nenas ini bisa diolah untuk berbagai produk makanan, seperti kerupuk nenas, selai dan dodol nenas bisa dipasarkan dan dijual sebagai makanan bagi wisatawan yang data berkunjung ke tempat wisata gambut tersebut dan berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat," ujar Taufik.
Sebelum pandemi kata Taufik setiap bulannya pengunjung mencapai 5.000 setiap bulannya, namun sejak pandemi ini untuk kunjungan wisata dan kegiatan aoutbond serta lainnya ditiadakan sementara waktu.
Taufik juga memberikan apresiasi kepada Pertamina RU II Sungai Pakning yang telah banyak membantu mengembangkan Eduwisata gambut ini dan juga terhadap wisata mangrove yang ada di desa Pangkalan Jambi.
Sejumlah pengunjung Eduwisata Arboretum Gambut Marsawa, di Kelurahan Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu Riau, mendengar penjelasan
dari Sadikin (50) cara menanam Kantong Semar atau Nephentes.
Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan karnivora, pemangsa serangga dan hewan-hewan kecil. Di tempat ini, ada sekitar tujuh spesies Nephentes. Dua diantaranya berstatus dilindungi yakni Nephentes Sumatrana, Nephentes Spectabilis.
Sambil mengajarkan menanam, Sadikin sebagai pengelola Arboretum Gambut menjelaskan, lahirnya pusat Eduwisata gambut terbesar di Provinsi Riau ini. Saat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sungai Pakning terjadi pada tahun 2014 -2015, terdapat lahan seluas 1.1 hektare yang tidak terbakar.
"Lahan tersebut memiliki biodiversitas khas gambut yang beragam seperti meranti, mentangor, gaharu, geronggang, gelam, dan berbagai jenis kantong semar (nephentes) sehingga masyarakat tergerak untuk menjaga kelestarian ekosistem lahan ini melalui Kegiatan Konservasi secara mandiri," kata Sadikin, Senin (6/9).
Agar berkembang menjadi lokasi eduwisata, Sadikin dan warga lainnya yang sering berinteraksi dengan Pertamina Kilang Unit Produksi Sei Pakning, mengajukan keingian untuk mengembangkan fasilitas konservasi lahan gambut.
Pria peraih Kalpataru kategori Perintis Lingkungan, dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2020 juga memiliki impian lokasi tersebut memiliki sejumlah fasilitas dalam upaya mengembangkan Arboretum gambut tersebut.
"Mimpi kami waktu mengajukan permohonan ke Pertamina agar dapat membantu mewujudkan pengembangan Arboretum Gambut, dengan fasilitas penunjang seperti Saung Edukasi, Rumah Bibit dan Musholla" ujarnya.
Gayung bersambut, hingga lahirlah Arboretum Gambut Marsawa, yang kini telah menjadi lokasi konservasi tanaman khas gambut serta pembibitan Kantong Semar. Bagi siswa-siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Batu.
Lokasi ini menjadi tujuan outbond Sekolah Dasar (SD) dengan materi Pendidikan Cinta Lingkungan Dini dan Pengenalan Ekosistem Gambut. Pengembangan program di Arboretum Gambut sebagai sarana eduwisata, juga mendapat dukungan dari Pertamina, melalui program tanggung jawab sosialnya.
“Arboretum Gambut Marsawa lambat laun menjadi Laboratorium bagi siswa-siswi Sekolah Dasar untuk mempelajari lebih lanjut karakteristik lahan gambut, penanaman pohon, dan cara mencegah terjadi kebakaran di lahan gambut. Selain itu, lokasi ini juga menjadi objek penelitian skripsi, tesis, serta disertasi bagi mahasiswa yang memiliki topik penelitian terkait biodiversitas di lahan gambut,” kata Imam Rismanto, Area Manager Comrel & CSR RU II Dumai.
Tulis Komentar