Sebab, di saat krisis multidimensi datang silih berganti, kinerja dan kebijakan pemerintah dalam mengelola negara tak menunjukkan keberpihakannya kapada rakyat. Kenaikan tarif biaya STNK, BPKB, SIM, BBM dan lain sebagainya dianggap menjadi bukti bahwa pemerintah sedang memeras rakyatnya sendiri.
Koordinator Pusat BEM se-Indonesia Bagus Tito Wibisono mengatakan, mahasiswa dan rakyat tak boleh diam dalam melihat persoalan yang menimpa negara ini. Sebaliknya, mahasiswa harus bangkit dan bersatu dengan membawa spirit untuk menyampaikan persoalan bangsa kepada pemerintah
“Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia!. Jika hari ini pemerintah sewenang-wenang dalam menetapkan kebijakan, serta saling lempar-melempar tanggung jawab, maka hanya ada satu kata, lawan. Harga-harga naik di awal tahun 2017, menunjukan prospek dan kualitas kerja pemerintah yang nyata. Nyata memeras rakyat." ujar Bagus Tito dilansir dari PekaNews.com, Minggu (8/1/2017).
Disebutkannya, sejak negara ini dibawah rezim pemerintahan Jokowi tak ada tanda-tanda masalah bangsa dapat terselesaikan. Padahal, dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, negara ini mestinya makmur dan rakyat sejahtera.
“Rezim kali ini seakan main-main, memerintah negara yang kualitasnya bukan main, sehingga harga diri bangsa serta kesejahteraan rakyat jauh dari kata bahagia,” ucapnya.
Maka dari itu, BEM seluruh Indonesia, kata Bagus, menyerukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia, turunlah ke jalan untuk menggelar aksi demonstrasi.
“Ramaikan jalanan dan buatlah parlemen jalanan. Jika hari ini parlemen sesungguhnya lemah dalam memanggul amanah, turunlah ke jalan. Ramaikan jalanan dan tetaplah menjadi singa di jalanan. Aumkan keresahan rakyat atas kegagalan pemerintahan mengelola negara!. Sebagai aksi serentak mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia!,” seru dia.
Lebih lanjut, Bagus menegaskan, dalam aksi nanti akan diserukan reformasi jilid II jika saja pemerintah masih tidak sanggup menata negara ini ke arah yang lebih baik. Mahasiswa harus selalu membala rakyat sebagai kaum yang tertindas.
“Jika pemerintah masih bercanda mengelola negara maka reformasi jilid II harus menggelora. Bergeraklah. Turunlah ke jalan jika penjajahan masih ada, bahkan dari saudara sendiri maka semboyan kita tetap, merdeka atau mati”, ucan Ketua BEM UNJ itu. (RBN/Pkn)
Tulis Komentar